Kamis, Desember 31, 2009

Para Penulis Buku Yang Mengubur Riwayatku


DULU sekali, saya pernah punya bayangan naif, bahwa para penulis tenar adalah orang-orang bijak bestari, jujur nan menyejukkan.

Terutama di zaman ketika menulis dengan kritis, dengan berani, dengan gagah, adalah pilihan menakutkan. Lantaran akan segera berhadapan dengan rezim bengis (yang lantak persis di huru-hara Mei 1998).

Lalu nasib menggiring ke Jakarta. Berkenalan, bersentuhan langsung, berdiskusi, dan menyimak tingkah polah para selebritis di bidang kepenulisan. Terbukalah semua.

Ada penulis yang rajin menggembar-gemborkan toleransi dan tenggang rasa antar sesama ummat beragama. Namun justru ketika si penulis menghadiri buka puasa bersama di Bulan Ramadhan, tanpa tedeng aling-aling merokok di antara hadirin yang sedang menunggu beduk buka puasa bersama.

Juga penulis lain yang galak menyuarakan hak-hak azasi manusia, tetapi tangannya kegatelan, sering menjawil tubuh perempuan seksi, pun di depan umum. Hingga ada yang menceritakan bahwa manusia penulis itu pernah digaplok pramugari karena jemarinya yang jahil...

Masih ada contoh lanjutan.

Misalnya penulis muda yang teori-teorinya menggugah perlawanan para demonstran, tetapi terhadap bawahan dan kawan-kawan di sekelilingnya sangat pelit dan tegaan. Saya sering sesak dada membayangkan orang-orang seperti ini justru tambah melenggang mulus di panggung politik.

Belum selesai, terutama tentang yang berikut: para tokoh pergerakan yang urat lehernya kuat berteriak pro rakyat miskin, tapi tongkrongannya sekelas penggede berpenghasilan puluhan juta per bulan. Berbalik punggung antara retorika dengan fakta. Teriak anti Amerika, anti asing, tetapi dari Handphone, Jam Tangan sampai kemeja dan mobil, dari luar semua. Ampun....

Tetapi dari semua itu yang sempat mencuat adalah penulis budaya yang teramat sangat humanis (maksudnya dalam tulisannya doang) tetapi memperlakukan bawahan seperti babu. Menyuruh staf-nya menjadi tukang pijit. Padahal si staf itu adalah pegawai negara dengan pangkat satu strip saja di bawah si penulis jumawa itu.


Beberapa Tahun
Sedikit banyak, hal-hal itulah yang memukul mundur riwayat persentuhan saya dengan dunia buku dan tulis menulis. Agak sukar mencari padanan kata yang sopan namun jelas dalam menggambarkan suasana hati saat itu, mungkin cukup dengan kata muak!

Lebih dari enam tahun hilang selera. Menulis malas, membaca juga tergantung selera. Pendulum berubah arah. Lari ke buku-buku agama, ke-Islam-an, novel, atau semua literatur yang dulu ketika masih kuliah aku sebut bukan buku. Oh, ya, waktu kuliah, buku-buku kelas novel, agama, sastra, biografi, psikologi populer, aku sebut bukan buku....

Lantas pelan-pelan, minat itu bangkit lagi. Terutama karena faktor desakan kebutuhan kerja. Kebetulan, profesi menuntut harus agak banyak membaca dan agak sering menulis. Jarum jam berputar arah kembali, memincut minat lama terhadap buku-buku tipe serius. Seperti tema politik, media, lingkungan, dan sejenisnya. Sesekali juga kembali menulis artikel opini atau resensi ke beberapa media.


Bangkit Lagi
Namun yang benar-benar melentingkan adalah justru dari buku-buku populer yang dulu aku pandang malas-malasan. Tak lain adalah buku-buku motivasi dan psikologi populer. Aneh, kok, bisa ya mereka para penulis itu membangkitkan semangat orang. Tidak menyerang, tidak menghina, tidak menjatuhkan, dan tidak saling melecehkan. Ternyata bukan hanya dari penulis hebat kaliber dunia, yang sukses dalam karir ilmiah maupun karir profesional (serta rezekinya bejibun). Tapi juga ada penulis buku motivasi yang dulunya adalah pecandu narkotika, dan malah mantan seorang pembantu rumah tangga di Hongkong sana. Ck..ck..ck...

Sontak batin tertantang. Okelah, berarti semua orang bisa, dan tak perlu berbohong serta menjatuhkan pihak lain. Menulislah dengan dorongan kata hati... Alhamdulillah, selera baca kembali menguat.

Nah, di dalam perjalanan, ternyata ada lagi contoh memalukan, memilukan, yaitu penulis yang menyerang orang lain dengan fisik. Luar biasa. Apa yang diperlihatkan adalah menambah daftar PARA PENULIS BUKU YANG MENJENGKELKAN...