Senin, Juni 15, 2009

Seolah Aku Berbicara Dengan Dia....


Mudah-mudahan tidak sampai menjadi tradisi permanen nan berkepanjangan, menulis melulu kejengkelan hati, lengkap dengan pernak-perniknya (marah, dendam, kecewa, terhina, protes, atau apalah....). Sekali-kali ingin juga menggurat kabar bagus dan ungkapan kemenangan di blog aku ini. Tetapi hingga hari ini belum terlaksana. Karena memang orbit nasib masih berada di galaksi kegelapan.

Sebenarnya memalukan!
Bagaimaa mungkin hampir 10 tahun tak mampu memperbaiki kualitas personal? Berputar dari gagal, kalah, dan gagal lagi. Memang tak seekstrim putaran kipas angin, ajeg dalam poros diam statis, berhenti atau menyala ditentukan aliran setrum. Tetapi jika dibuat pengandaian, barangkali alur hidupku, ya, seperti itu.

Berpuluh-puluh pengakuan telah kubuat. Memunajatkan taubat dan mohon ampunan juga nyaris lelah kulakukan. Jika saja aku seorang Katolik, mungkin Bapak Pastor akan menyerah lelah, menyimak testimoni dosa pribadiku. Anehnya, hati kecilku selalu berteriak, bahwa aku belum benar(-benar) tamat. Masih ada harapan. Jangan-jangan, api pengharapan ini yang menjebak aku dalam siklus kenestapaan....

Demikian pun ikhtiar tak kurang-kurang dilakukan. Bekerja keras, penuh dedikasi, pengorbanan ---lahir batin--- dan meminimalkan pamrih dalam bekerja, telah kulakukan. Tetapi hasilnya malah semakin buruk. Aku tercampak dalam kenistaan. Ya Allah, maafkan jika terpaksa menjadi sedikit sentimentil/cengeng.

Kawan-kawan
Kegundahan dalam batin menggumpal-gumpal manakala menengok "prestasi-status-karir-materi" kawan-kawan lama (misalnya via Facebook, atau kabar sesama teman). Mereka merangsek ke ujung langit. Hebat, berpendar dengan keberhasilan di dunia masing-masing. Jujur saja, malam ini aku meneteskan air mata, ketika menerima foto Facebook dari kawan-kawan. Mereka semuanya berhasil dalam hidup. Tinggal aku, tersaruk-saruk di jalur sesat ----bertemu dengan harimau buas. Hanya raga dan nyawa yang masih tersisa.

Mudah-mudahan kawan-kawan lama tak tahu nasibku. Aku malu. Gagal dan gagal lagi. Tak punya prestasi, berhenti kerja, kabur dalam penghasilan ---padahal aku bertanggungjawab untuk menafkahi anak isteri---- dan serentetan cerita pilu lainnya. Aku tak ingin ditertawakan mereka. Lebih-lebih oleh orang yang hingga kini sangat aku hormati dan aku cintai (Dia yang cantik, pintar, ramah, baik hati, kawan lama....).

Tanpa ingin menjadi munafik, kesadaran yang tersisa adalah satu: Allah tentu tidak sedang mendholimi aku. Allah pasti Maha Rahman ---termasuk terhadap aku, makhluknya yang tak pernah beruntung. Tetapi energi ini nyaris pupus, untuk sekedar bertahan mencari tahu hikmah apa dibalik keburukan-keburukan beruntun ini. Mengapa Allah selalu mempertemukan aku dengan mahkluk dholim dan aniaya? Padalah, aku bahkan tak tega melihat pencuri dipukuli, tak pernah seumur hidup aku menganiaya orang lain.... Tolong aku, Ya Allah.....

Ingin rasanya, mengirim kabar gembira terhadap kawan-kawan lama. Bahwa aku juga bisa seperti mereka. Tidak selalu begini dan begini. Ampuuuun....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar