Minggu, Januari 24, 2010

Sejarah Kami Mencintai Buku... di FKMM Manado


Berani sumpah! Suara paling merdu di FKMM Jalan Kleak Manado adalah milik Maemunah "Nana" Abdullah (semoga Allah selalu memberikan hujan maghfirah dan ampunan). Berani tidak sumpah ---takut dapat murka Wati Razak, eh, atau Rozak--- yang paling tak bisa menyanyi adalah Basri Amien. Ayo bareng-bareng curiga, jangan-jangan anak itu tak ingat sepotong pun bait lagu yang beken di masa itu (era 93-99).

Tapi kalau diajak taruhan sama kawan-kawan yang kini sudah kebanjiran rezeki dari KPU dan DPRD, saya masih berani. Bahwa jelek-jelek Basri itu hapal juga lagu tertentu. Mau tahu? Bung Hatta, dari Album Iwan Fals. Tapi dengan intonasi yang mirip aktivis ber-dekalrasi: hujan... air.... mata... dari... pelosok... negeri... Tunggu dulu, istilah jelek-jelek barusan maksudnya: Basri jelek dalam hal lagu dan sastera.

Bayangkan saja, dari ratusan judul buku yang dia koleksi (dan sering aku curi baca), tak satu eksemplar pun yang berjudul ngepop. Dia tak pernah membeli buku sastra. Belum pernah aku lihat membaca novel. Mungkin saja, jika tak diberitahu Bang Naid (mantan Ketua KPU Maluku Utara, kini DPRD) Basri Amien tak pernah tahu Bahwa idola dia Romo Mangunwijaya juga adalah seorang novelis. Ter..la..lu (dengan gaya ucapan Rhoma Irama).

Sssstttt... FKMM bukan cuma Basri Amien yang cerdas. Tapi juga Sofyan Al Hadar yang susah didefinisikan. Kami semua senang menulis, bikin artikel untuk koran-koran, atau menulis puisi seperti cara Mas Puja atawa Nana. Namun Bang Sofyan ---sama Iis Susilawati dipanggil genit: Ooom Sofyan--- rajin menulis bon utang di warung depan. Wallahu 'alam, sekarang sudah diganti atau belum.

Selang dua tiga tahunan, FKMM juga ramai oleh rimba aktivis. Maklum saat itu demonstrasi mulai menggeliat. Rombongan kawan-kawan HMI Cabang Manado, PMII Cabang Manado, aktivis SMID, pegiat PRD, mahasiswa tak jelas, dan wartawan, mondar-mandir di jalan kleak. Sampai-sampai, pernah FKMM dikepung petugas kepolisian. Mohon tak tersinggung, benih-benih intelektual dan perlawanan mahasiswa di Manado (terutama yang beragama Islam) tumbuh dan membiak di situ.


Pembauran
Segala suku di situ, Endi Biaro dari sunda, Yayat Biaro dari Padang (iya, dong, dia kan besar di Padang), Karyanto Martham Jawa Tondano, Said Banteng Kotamobagu, Shanty dari Gorontalo, Dibyo plus Mas Puja dari Jawa, Andi Mappasomba from Makassar, dan Idris Sudin dari Papua (masudnya rambutnya itu yang biasa disebut "kiribo"). Latar akademiknya juga berbeda-beda, ada yang kuliah di IKIP, di Universitas Sam Ratulangi, di STIKOM Manado, tapi perasaan dari IAIN nggak ada tuh! Namun satu hal yang bisa mengikat: kecintaan terhadap membaca, berdiskusi, berdebat, dan sudah tentu berorganisasi.

Sialnya, jika dibuat ukuran menang kalah, semua kami bertekuk lutut dihadapan Bang Katamsi Ginano. Mau apa? Soal nulis dia seng ada lawan. Mau debat, siap-siap kena serangan pedes. Tak berbilang lawan dia kipas dalam ajang seminar dan diskusi. Namun abang kita ini agak kabur soal organisasi. Mungkin yang tegas dia pelaku Organisasi Tanpa Bentuk. Namun jangan tanya sekarang ini, level-nya sudah go internasional, pemegang ID Nomber di Newmont Internasional ----punya biaya khusus untuk entertainment pula, duh...!

Bagaimana dengan orang non FKMM tapi memberi rupa-rupa warna. Bang Reiner Ointoe adalah orang yang pernah membuat saya tersinggung. Tapi juga ada benarnya dan justru membuat kita bersyukur. Sang pemikir yang banyak memberi inspirasi ini pernah menyebut FKMM sebagai organisasi Amal Jariyah. Lha, bukannya bagus, pahalanya terus mengalir (Jariyah adalah artinya terus mengalir). Begitupun dengan sosok Kamajaya Al Katuuk. Dari dia kawan-kawan FKMM tahu pentingnya sastra.


Masih ada figur lain yang layak sodor, seperti Coen Hussain Pontoh, Taufiek Passiak, Junaedi Hussain, Yayat Biaro, dan Ja'far Al Katiri. Mereka bukan hanya hadir di pelatihan. Mereka sebenarnya yang mampu menggugah daya pikir daya nalar anak-anak FKMM. Setujuuuuuu... (seperti murid kelas lima SD, ya, yang ramai bilang, setujuuuu Bu Guruuuu).


Lucu Lucu
Kalau sekarang ada Team Lo, yang bisa memparodikan lagu apa saja, jauh-jauh hari kami di FKMM memiliki seorang laki-laki super lucu dan ciamik main gitar. Daya pesonanya menyedot siapapun, termasuk mereka yang sedang sibuk belajar mengahadapi ujian mid semester. Kalau tak keliru, dialah yang menciptakan Mars FKMM. Beda sedikit dengan Irham Maku, tak lain adalah Syahril Hantono. Nama ini jaminan mutu untuk main gitar dengan lagu-lagu berkelas. Memainkan tembang-tembang KLa Project, memetik Jazz dengan merdu, dan memainkan Iwan Fals dengan menarik. Vokalisnya tentu bukan saya apalagi Basri Amien, melainkan Nana, Shanty, atau Ka Icha Bafagih.

Lucu tapi bisa membuat malaikat marah adalah kejadian Hendra Abdul yang solatnya tak lagi khusyu (ini kata dia). Ceritanya, saya dan Basri Amien lagi membaca di kamar. Terus dia sholat ---salah satu muslim FKMM yang rajin Sholat. Karena merasa takut mengganggu, kami ke luar. Eh, lupa menutup pintu. Jadi dia sholat dengan pintu terbuka, lantas dilihat orang lain yang wara-wiri. Jangan-jangan, Ka Hendra duluan jadi Anggota DPRD karena rajin sholatnya itu, ya...

Lucu tapi menyerempet seram juga pernah terjadi. Seorang senior, namanya Masri Mamonto, susah payah bikin skripsi. Harap ingat, zaman itu tak akrab dengan komputer, tetapi tak-tik-tok mesin ketik butut. Kalau dalam satu halaman kertas ada satu hurup salah ketik saja, urusannya jadi ribet. Nah, di saat sang senior puyeng, pikiran bengal saya keluar. Persis, di halaman tengah skripsi yang ia tulis dengan rapi, saya ubah ketikan Nama Machiavelli menjadi Max Poliii (ini nama salah satu dosen di Fisip Unsrat). Wakakakakak. Dia ngamuk dan meronta. Saking ketakutan, saya tak berani mengaku, hingga tulisan ini dibuat.

Oh ya tentang fisik orang-orang di sana. Rata-rata berbadan kurus, terima kasih Indomie yang membuat kami berdaging tipis. Kalaupun gemuk, cuma satu orang Khadijah Rozak, atau Ka Ijek. Kakak yang satu ini luar biasa rajin, teliti, sekaligus pemberang. Seingat saya, tak ada yang berani melawan. Diantara tubuh kurus ekstrem dan gemuk tak terkira itu ada juga yang moderat, alias sintal. Seperti Ka Nurhasanah Syahdan, Iis Susilawati, dan Roni Domili.

Siapa ya, yang belum kesebut?

Ho.. ho.. ho.. Rusli Djalil. Ya, ampyuuun... Jika saja Zahra isterinya yang sekarang ini tahu persis detil Ka Ucli waktu di FKMM mungkin akan... (lanjut sendiri, deh!). Zahra yang cantik, pasti kamu dibilang kelilipan atau sakit mata, jika berpacarannya dari dulu. He..he..he..

Tapi dia hebat. Di kalangan aktivis yang bisa menjadi koresponden media nasional selain Katamsi Ginanano dan Verianto Madjowa, ya Rusli Djalil itu. Nama medianya waktu itu adalah Tabloid Swadesi, terus ke Majalah D&R, Terus Majalah TEMPO, terus... Sekarang beliau Anggota DPRD di Maluku Utara, dan pernah juga menjadi Anggota KPU.

Tercantik, Tertinggal
Jangan harap cewek-cewek saat itu seperti artis sinetron ABG sekarang ini. Handphone belum dikenal. Mode baju juga nggak penting-penting amat. Belum ramai manicure-pedicure, creambath, facial, atau dandanan dugem nan seksi.

Cuma jujur saja, saya punya kategori cantik yang universal, bisa dipakai untuk mengukur Angelina Jolie, Angelina Sondakh, atau Angel Lelga... Ukurannya jelas. Cantik itu artinya ukuran mata simetris, hidung proporsional-fungsional, rambut sehat, telinga wajaar, dan bibir sensual. Hayoooo, masa mau dibilang cantik kalau matanya juling? Emang bisa cewek disebut cantik kalau budek? Kalau bisa sih hidungnya bangir, sekaligus fungsional. Begitu aja kok Freeport...

Maka duhai kawan-kawan perempuan di FKMM, perkenankan hamba menyebut yang tercantik adalah...

Satu hal sudah jelas, tak bisa diamandemen oleh Sidan Paripurna DPR RI sekalipun, bahwa di FKMM tak ada yang ganteng. Ini lebih adil disebut... soalnya saya sudah pasti tak akan masuk nominasi. Malah, kalau dibuat ranking 10 pria paling ganteng di FKMM, saya tak masuk nominasi. Padahal kontestannya hanya sembilan orang. Wakakakakakak....


Terpasti
Anehnya di FKMM ada mahluk yang sepertinya sudah tahu persis akan menjadi apa dan harus bagaimana. Sekarang saya sering merenung, doktrin bahwa Pemimpin itu dilahirkan, memang benar adanya. Bung Karno muda ketika di penjara Sukamiskin, Jawa Barat, menulis grafiti di tembok dengan judul, "Di Kamar Ini Nasib Bangsa Aku Tentukan." Konon, si pendek gempal Napoleon Bonaparte sejak kelas enam SD menjawab: "Saya akan menaklukan Eropa" (ketika ditanya oleh Ibu Guru di kelas, tentang cita-citanya).

Mudah-mudahan Mas Pudja Sutamat ingat dan tak membantah. Sewaktu liburan semester awal, kami bingung akan berbuat apa. Dia menyodor ide, mendatangi radio-radio beken di Manado. Kami ditolak dan sempat diejek. Alah, kata si penyiar tua yang saat itu beken tapi otaknya melongpong, pendidikan untuk jadi penyiar radio itu tak perlu! Penyiar tua itu menyindir kami yang sekolah di Jurusan Komunikasi, dan ingin magang jadi penyiar, dengan andalan pendidikan tinggi. Sekalian saja disebut, nama stasiun Radio itu adalah MEMORA FM.

Mas Pudja tersinggung banget, tapi mengatakan datar. Endi, mari kita buktikan, omongan orang itu ngaco. Eh, ternyata tak perlu waktu lama. Kami jadi penyiar di Radio yang lebih bergengsi, SMART FM. Terus, setelah beberapa tahun, si penyiar blo'on itu jadi anak buah Mas Pudja. He..he..he..

Memang prosesnya tak gampangan. Di kamarnya, Mas Pudja sering ngoceh sendiri ---tapi bukan sakaw. Ia belajar keras jadi penyiar, baca berita sendiri, dengan intonasi seperti Max Sophacua (penyiar televisi yang suaranya berat empuk).


Dan Reuni Itu...
Dan reuni itu 99,9 persen tak akan bisa saya hadiri. Saya sedih... Bukan apa-apa, kalau ongkos mah mungkin bisa sabet kanan kiri. Tapi terutama tidak pede dan masalah waktu (sok sibuk! ah, beginilah jadi anak buah).

Cuma pesan singkat: tak benar saya pelupa. Yang benar adalah sering tak ingat. Lalu tentang isu besar soal meninggalkan pacar di bioskop, maaf saja, saya butuh klarifikasi. Jawabannya: nggak inget, tuh! Wakakakakakak

1 komentar:

  1. ...proses napak tilas cukup menyenangkan...mungkin masih banyak fakta yang belum terungkap, mungkin penulis perlu mengingatnya kembali agar fakta bisa diungkap lebih lengkap... Terima kasih Endi...Salam

    BalasHapus