Jumat, Juli 30, 2010

Lelucon Tentang DPR Malas


Humor adalah perlawanan orang-orang tak bersenjata. Saya bukan Satpol PP, Anda juga bukan tentara. Maka, marilah kita tertawa saja atas ulah wakil rakyat tercinta...


HP Tertinggal
Syahdan ada anggota DPR yang terkenal rajin dan mendapat julukan ”Anggota Teladan”. Saking rajinnya, dalam setiap masa sidang, tak pernah satukalipun ia bolos. (Nah, cocok pakai istilah syahdan kan? Karena di dunia nyata tak pernah ada anggota setekun itu, he..he..he..).


Tetapi Masa Sidang Bulan ini terjadi perubahan. Tercatat dua minggu si Anggota Teladan itu tak masuk. HP-nya juga tak bisa dihubungi.


Akhirnya, ketua Fraksi (yang merasa bangga dengan keteladanan anggotanya), datang ke rumah si Anggota, untuk mengecek langsung kepada keluarga yang bersangkutan.

Ketua Fraksi: ”Ibu, mengapa kok suami Anda dua minggu ini tak terdengar kabar?”

Isteri Anggota Teladan: ”Biar saja, dia lagi enak-enakkan kok. Katanya pergi cuma satu hari, ngambil HP, tapi sudah dua minggu ini tak pulang. Dasar kurang ajar!

Ketua Fraksi (bingung dengan respon emosional isteri anak buahnya): ”Lho, memangnya HP suami Ibu tertinggal di mana? Kok, lama banget...”

Isteri Anggota Teladan (menjawab ketus): ”Di sono... di rumah bini mudanya!!!”


Sudah Lupa

Demi menjaga martabat di mata rakyat, seorang Ketua Fraksi DPR memanggil anak buahnya yang terkenal ngeyel, tak pernah sekalipun datang di sidang paripurna. Sembari pasang muka masam, Pak Ketua Fraksi bertanya:

”Pak, sejak dilantik, kenapa Bapak tak pernah datang ke sidang paripurna.”

Anggota (yang malas rapat): ”Maaf Pak Ketua, saya sudah lupa di mana lokasi ruang paripurna...”


Cita-Cita
Seorang bocah SD membuat seluruh guru dan kepala sekolah kelimpungan. Anak bandel itu sering bolos. Kalaupun datang ke sekolah selalu terlambat. Merasa mengkel, Pak Kepala Sekolah turun tangan, bertanya langsung:

”Nak, kenapa sih kamu begini terus! Malas dan sering bolos. Mau jadi apa sih kamu?

Si anak sambil garuk-garuk rambut menjawab ringkas: ”Mau jadi Anggota DPR Pak...”

Kepala sekolah: !?%$&#!



Isi Pulpen Habis
Masyarakat mungkin belum banyak tahu, sebenarnya Anggota Dewan yang mangkir sidang paripurna itu banyak sekali (jauh lebih banyak dari yang diberitakan koran-koran). Tetapi mereka selamat dari kecaman publik, karena selalu meminta Staf Ahli untuk menandatangani kehadirannya. Caranya: si Staf Ahli datang ke ruang sidang paripurna, lalu ngobrol ”cincay” dengan petugas absensi (biasanya Staf dari Sekretariat Jenderal).

Biasalah, satu kali ”titip tandatangan”, uang seratus ribuan segera ”berpindah tangan.” Begitulah setiap kali sidang paripurna digelar, tradisi itu berlangsung.

Tapi, malang, rupanya Si Anggota salah rekrut Staf Ahli. Buktinya, namanya tetap terpampang sebagai Anggota DPR paling malas, sepuluh kali bolos.

Si Anggota murka luar biasa... Dipanggilnya Staf Ahli (kali ini bukan untuk menitipkan uang absensi, melainkan akan mencaci maki!).

Anggota DPR: ”Brengsek kamu, kan saya sudah suruh titip tanda tangan, kenapa nama saya masuk daftar? Kamu sudah mempermalukan saya!!!

Staf Ahli: ”Sudah kok, Pak. Sudah saya tandatangani...”

Anggota DPR: “Bohong kamu! Buktinya nama saya tetap diumumkan…”
Staf Ahli: “Itulah Pak, saya hanya punya satu pulpen dari dulu. Dan sudah lama isinya habis, jadi kalau dipakai tandatangan absen, tintanya tak muncul…”


“Dicium” Presiden
Dalam “Dokumen Rahasia BK” (Badan Kehormatan DPR), ada Anggota DPR yang cantik (tetapi rajin bolos rapat, lalu rajin pula mengirim Surat Keterangan, dengan isi yang aneh: Izin tak ikut rapat karena “dicium” Presiden. Begitu terus. Hingga tercantum data 5 kali izin dengan alasan yang sama.

Ketua BK sangat penasaran. Ia panas dingin, jika terendus oleh Media Massa, pasti menjadi santapan lezat untuk dipublikasi terus-menerus. Terlebih, ia tahu persis bahwa si Anggota memang cantik. Terjadi dialog antara ketua BK dan Si Anggota DPR cantik, berikut ini...

Ketua BK: ”Ibu, saya tak mengerti, maksudnya apa dicium presiden hingga tak bisa ikut rapat. Ini benar atau mengada-ada?”

Anggota DPR cantik:
”Benar kok, Pak. Saya memang dicium, tapi oleh Presiden TAXI.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar