Kamis, Mei 28, 2009

Pilihan Keras, Keras Pilihan















Hidup harus berani memilih, sekalipun sering kita terpojok tanpa alternatif. Hanya satu-satunya opsi yang tersedia, dan dengan resiko yang berat pula. Tetapi, meski tawarannya tunggal, toh, judulnya mesti memilih.

Dalam serbuan tekanan hidup, berhadapan dengan kerasnya persaingan, serta kesulitan yang membekap, sering kali membuat kita nyaris limbung. Seolah tiada lagi yang bisa menyelamatkan. Seluruh harapan akan terjadinya perbaikan tumpas. Posisi seperti ini biasanya membuat kita rapuh. Jangan heran bila kemudian terjadi hal-hal yang aneh, yang dijadikan pilihan orang sebagai "peluang" penyelamatan. Lari ke dukun, merampok, berjudi, menenggak minuman keras, dan semacamnya adalah perilaku yang memperlihatkan pilihan mentok! Sepertinya tak ada sesuatu apapun yang bisa dijadikan gantungan. Seorang kawan, dengan cerdas membuat perumpamaan: dalam keadaan krisis, benang basahpun dijadikan tongkat penopang....

Saya sekarang berada dalam status tertekan luar biasa. Juga miskin ---kalau tak ingin menyebut sama sekali tak ada--- pilihan. Kerja keras, dedikasi, seperti kapas tersaput angin, hilang tiada guna. Mentalitas juga dijajah, tak ada respon baik. Minus penghargaan dan respon. Malahan cercaan, hujatan, dan penghinaan bermunculan. Bukan hanya hak yang tak bisa diperoleh. Bahkan untuk sekedar mendapat perlakuan wajar sekalipun tak dapat. Betapa buruknya keadaan ini.

Mungkin bisa saja tersedia banyak pilihan: berhenti kerja, keluar, dan tak perlu datang kembali. Tetapi hal ini nyaris musykil. Sebab saya masih membutuhkan gaji bulanan, yang lumayan cukup untuk penghidupan keluarga. Dengan lain istilah, saya terjebak.

Tak kalah ringan, sesungguhnya, untuk tetap bertahan. Takut bahwa semua itu menggumpal menjadi bara dendam, kebencian, dan sifat negatif dalam hati. Pengulangan-pengulangan atas perlakuan yang tak enak, jelas adalah gangguan. Sementara, kreativitas aku untuk menghindari keburukan itu habis sudah. Bersikap getol dalam kerja sudah. Mengabdi siang malam juga dilakoni. Berhasil dalam memperjuangkan keinginan bos, telah tergapai. Semua. Seluruh yang terbaik dalam diri terpaparkan. Tetapi, ya itu tadi, no response!

Hanya ketundukkan yang tersedia. Pasrah bersimpuh dalam kuasa Allah. Barangkali ini sikap petarung yang lehernya terhunus tombak lawan. Tetapi apa daya, hanya itu pilihan yang tersedia. Jadi aku datang kepada Allah, bukan dengan kualitas iman teruji. Tetapi karena lelah oleh kekalahan.... Adapun niat untuk memperbaiki diri dan amaliah, itu adalah ikhtiar belaka. Sebab yakin seyakin-yakinnya, Allah Maha Tahu apa yang ada dalam diri kita. Satu hal saja yang bisa dipegang: bahwa orang pecundang yang datang kepadaNYA bukanlah perbuatan dosa!

Berani Memilih
Awalnya memang terpojok oleh kekejaman situasi. Tetapi pikiranku berontak! Tidak bisa.... Harus ada sesuatu yang bermakna. Tak boleh pasrah begitu saja. Justru kepasrahan ini wajib menjadi sikap baru, pilihan baru. Bahwa aku akan menyerahkan segala-galanya total kepada kehendak Allah. Pikiranku, jiwaku, hatiku, ragaku, hari ini benar-benar mengakui kekuasaan Illahi Robi.

Ini adalah pilihan keras. Tak boleh lembek dan gampang dipilin-pilin, berubah bentuk dan kondisi. Kalau bisa sekeras dinding tebing. Senarai sumpah berkumandang. Ya Allah, aku telah memilih Engkau sebagai jalan kebenaran.... Pusatkan seluruh jiwa, hati, pikiran, raga, hanya kepadaMU.

Pengharapanku adalah perubahan. Mental tak boleh lembek. Tujuan harus jelas. Ketekunan dan kegigihan dalam bekerja kudu bangkit. Ikhtiar dan perjuangan dalam menggapai rezeki harus serius. Amaliah dan pengabdian kepada perintah Allah juga semakin baik. Dan jangan sampai semua itu tertuju kepada mahlukMU, ya Allah. Hanya untuk jalanMU, ya Rabbi....

Terseok
Bukan jalan sederhana. Sebabnya adalah mentalitas dan karakter pribadi aku yang goyah. Gampang limbung oleh sapuan angin. Tetapi bukan berarti tak ada pertahanan sama sekali. Beberapa perilaku baik masih bisa kupertahankan. Klaim ini bukan berbasis kesombongan, melainkan harapan akan mendapat perlindungan dari Allah. Meskipun terseok, jalan menuju keberananMU, ya Allah, akan terus kuperjuangkan. Amien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar