Minggu, Maret 29, 2009

Selalu Ada Cantelan... Sekecil Apapun

Allah tak akan memberangus kita dengan ganas. Selalu ada pilar penunjang, penyelamat hati kita dari gemuruh angkara atau kesumat. Tak mudah, Meski begitu, keyakinan bahwa banyak alternatif penyelamatan yang diberikan Allah, mesti senantiasa terpancang di qolbu kita. Penderitaan, beban, penghinaan, pelecehan, gagal-hilang-malu, serentetan perkara yang tak menyenangkan, tentu bisa datang setiap waktu. Tinggalah kini, apakah kita larut dalam persepsi yang justru memperberat tekanan itu, atau justru menyeruak ke jalur lain.

Keutuhan kita harus komplit, dalam menghadapi "bencana" yang tiba-tiba dan menjengkelkan hati. Raga kita siapkan, batin kita bersihkan, hati-pikiran juga kudu siap. Seraya mendaras doa-dzikir kepada Sang Khalik. Agar Allah memberi petunjuk dan menerangkan hikmah dibalik peristiwa yang kita hadapi. Tunjang pula itu dengan senarai kebaikan yang kita bisa, di saat itu juga. Entah sholat, berwudhlu, baca Al Quran, berdzikir, Istighfar, Shodakoh, atau yang lainnya. Bahkan menghadapi dengan senyum, Insya Allah itu juga sepetik kebaikan yang bisa terpetik.

Hari ini, kegundahan hati menggemuruh. Karena perilaku angkuh, sombong, takabur, dan dzholim dari mahluk Allah terhadap diriku. Keyakinan pertama: Allah mengizinkan peristiwa ini terjadi tentu dengan skenario-NYA yang terbaik. Hanya aku susah payah mencari kebaikan di sela "keburukan" (dalam persepsi aku saat itu). Lalu terbersit niat untuk membangun kebaikan. Meski kecil dan sepele, kebaikan itu harus kulakukan. Siapa tahu bisa menjadi cantelan dan rantai penyelamat aku -----dari pada jatuh terpuruk ke liang terbawah. Mulailah jiwa raga ini berjalan, lalu shodaqoh, sholat, menelepon anak dan isteri (ini juga bentuk kebaikan dari silaturahmi dan jalinan kasih sayang).

Alhamdulillah... pikiran menjadi sedikit lega. Kemudian kukerjakan tugasku sebagai khalifah fil ardh, bekerja dengan semampu daya. Sekalian sebagai pemenuhan dari amanat yang harus dituntaskan. Selesai itu, aku jalan dengan kawan-kawan. Tiba-tiba membaca sepotong artikel. Isinya: menjadi tali penyelamat batin. Menceritakan bahwa Rosul yang Agung, mencium tangan kasar dan melepuh (karena dipakai bekerja memecahkan batu, guna menghidupi anak isteri). Maknanya, biarlah kita hina bekerja di hadapan manusia. Tapi, Insya Allah, mendapat kemuliaan di sisi Sang Khalik dan di sisi Rosul Yang Agung.

Ya Allah.... berilah aku kemudahan memperoleh hikmahMU.
Ya Rosul... Aku malu menjadi hambamu yang selalu bermaksiat, tetapi aku rindu syafaatMU, ya Nabi-ku.

Tuhan. Tangisku. Air Mataku. Kehinaanku. Hanya untukMU. Jangan biarkan tertumpah kepada MakhlukMU. Siapapun dan apapun itu. Amien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar