Rabu, Juli 22, 2009

Film Yang Mengganggu Tahajud-ku Tadi Malam

Rosihan Anwar tak bisa mengetik dengan menggunakan komputer. Bukan ia bodoh, ini masalah bioritme ---yang melahirkan kebiasaan dalam proses kreatif. Saya dengar pula, Dawam Rahardjo (ekonom) dan Taufieq Abdullah (sejarawan), punya tradisi yang sama. Jadi, mereka itu kalau membuat artikel tulisan, selalu menggunakan mesin ketik. Tak, tok, tak, tok!!!

Bioritme mengikat rasa, jiwa, dan raga. Percayalah, dalam melalukan aktivitas yang rutin, selalu hadir hal-hal fisik yang menyertai. Dan itu sulit tergantikan oleh apapun. Pun begitu dengan "upaya" aku untuk menciptakan bioritme dalam tahajud ---maksudnya pembiasaan.

Meski masih centang perenang, jauh dari rutin dan berkualitas, itikad membiasakan sholat malam selalu aku kobarkan. Lebih-lebih disaat kondisi terpuruk seperti sekarang ini.
Mencatat di Buku Kuno
Ternyata seringkali setelah melakukan Qiyamul Lail, aku menggoreskan catatan kecil di sebuah buku diary. Uniknya, buku itu kuperoleh di WALHI (Wahana Lingkungan Hidup), di sekitar Tahun 2000-an lampau. Terbuat dari kertas daur ulang. Berwarna seperti daun kering. Dan tebalnya minta ampun, per lembar bisa 3 kali lebih tebal dari permukaan kertas HVS. Kalau ditulis dengan pena, terdengar bunyi sret, sret....

Nah, inilah yang mengasyikan. Rasanya hati berbuncah gembira. Bukan hanya telah mampu memunajatkan doa di keheningan malam. Tetapi mencatat momen-momen yang terjadi pas di malam itu. Ada catatan ketika malam takbiran. Malam tahun baru. Malam ketika diterima kerja. Dan lain-lain lagi ----dengan banyak kisah dan variasi. Namun yang dominan seperti karma yang terus kutelan: perkara kegagalan dan kegetiran hidup.

Sedikit dari catatan perjalanan diri itu juga disertai dengan kutipan Al Quran atau Hadis, yang tampakya juga sepadan dengan kondisi yang aku alami ketika menggoretkan pena di lembar kertas. Misalnya, ketika sedang sedih, mengutip ayat-ayat yang memotivasi diri. Aku sangat mencintai buku itu. Mudah-mudahan tak akan hilang dan tak pernah rusak. Biarlah menjadi dokumen tertulis atas perjalanan kisah pribadi.

Sholat Berkualitas
Tentu saja rekaman "pembiasaan" sholat tengah malam itu tak semuanya berkualitas. Kadang terasa menyejukkan. Di saat lain terkesan banal (tidak ada rasa sama sekali). Ini, misalnya kualami tadi malam.

Kebetulan tadi malam, karena tuntutan pekerjaan, aku harus menginap di rumah teman. Seusai mengerjakan tugas, aku iseng-iseng membaca buku ke-Islam-an. Karena lelah, malah tertidur. Tak lama bangun. Sialnya, justru saat itu kawan mengajak nonton DVD. Duh, iman ini ternyata lemah. Adegan-adegan di film menggoda nian, dengan menghadirkan tiga orang perempuan cantik dan seksi. Astaga, begitu usai, jam ternyata menunjukkan pukul 03.30. Bergegas mengambil wudhlu. Lantas segera sholat. Hasilnya.... itulah kemaksiatan. Setan selalu membisikan adegan-adegan di film. Sholat tahajudku menjadi jauh dari khusyu. Sedih... Mudah-mudahan Allah memaklumi kelemahan iman ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar