Jumat, Juli 31, 2009

Dia, Grand Master Kehidupan




Membunuh Raja dan Menteri hanya sah di atas papan catur....


Seperti Karvop atau Utut Adianto, kehidupan kita memeras otak atur strategi agar menang. Bisa unggul dalam pertarungan atawa kompetisi maha ketat, di medan apapun (ekonomi, bisnis, sosial, bahkan persaingan dengan "pacar"-nya pacar). Langkah-langkah terukur agar pas dan tidak "termakan" tipuan lawan, juga jadi kebutuhan. Tak boleh terlalu sering mengalah, juga harus pandai-pandai menahan agresivitas. Seperti Karpov dan Utut Adianto (keduanya adalah Grand Master Catur, cuma beda kelas, yang satu mendunia dan sekaligus menjadi legenda, sisanya yang lain adalah pecatur handal tanah air).

Sering kita mendengar langkah bidak menteri ---dalam siasat di atas papan catur. Juga ungkapan skak mat! sebagai isyarat ancaman "pembunuhan". Di permukaan lapangan catur, semua kemungkinan bisa terjadi. Seorang prajurit rendahan sekelas pion, mampu menaklukan menteri dan menumbangkan raja. Seekor kuda, menggulingkan mahapatih, atau banteng yang mendongkel singgasana penguasa. Banyak varian pemikiran yang bersumber dari catur. Penuh siasat, muslihat, umpan, dan penaklukkan. Tak aneh, salah satu ungkapan yang laris di panggung kekuasaan adalah ini: percaturan politik.

Siasat Allah
Jalaludin Rakhmat, dalam buku Meraih Cinta Illahi, Perenungan Sufistik, menulis bahwa Allah juga punya siasat dalam mengatur hidup kita. Mohon izin, siasat di sini tidak bermakna keculasan karena ingin menang dan mempecundangi. Allah tak perlu seperti itu, lagipula kita ini bukan lawan sepadan dia. Melainkan siasat agar hambaNYA selamat, mampu menangkap hikmah. Seraya mampu bersabar atas apapun yang menimpa dirinya.

Coba saja. Terkadang mata letih menyaksikan betapa orang-orang culas jahat selalu menang dalam rupa-rupa bidang, mereka kaya, makmur, rezeki berlimpah, isteri cantik, anak sehat, rumah megah, kendaraan super mahal. Sementara orang-orang baik bergumul dalam keperihan nasib. Ini adalah siasat Allah. Dia menyegerakan "nikmat dunia" (yang tiada sebanding dengan nikmat dunia akherat dari Allah untuk orang-orang yang ia pilih) kepada orang-orang ingkar. Dalam bahasa Al Quran, hal itu disebut Istidroj.

Mengutip Zainnudin M.Z., konsep Istidroj seperti mengulur dan meninabobokan. Kalau orang tua marah, kerap bilang begini: ya, sudah pergi sana, tapi awas, jangan menyesal kalau terjadi apa-apa! (kejengkelan ini meruap mana kala si anak memaksa pergi untuk menonton film di malam minggu, si anak sudah dilarang, tapi ngeyel maksa). Pembiaran si orang tua ini, sesungguhnya mengandung ancaman.

Terlalu abstrak barangkali. Siasat Allah menyebar dalam pelik liku kehidupan kita. Dari urusan fisik, materi, perkawanan, kerja, hingga bagaimana kita terjebak kemacetan yang menjengkelkan. Biasanya, apa-apa yang kita ingin, meski sepele, justru beroleh yang sebaliknya. Berangkat pagi agar terbebas macet, malahan terjebak antrean panjang di gerbang tol. Batin bersungut-sungut. Padahal, mungkin itupun siasat Allah, kalau jalanan lancar, terus anda ngebut, malah celaka. Intinya, yang tidak menyenangkan adalah mendidik kita untuk bersabar.

Barangkali dalam konteks tulisan ini, Allah juga sedang bermain catur. Terkadang Dia memberi umpan. Terkadang memberi warning, namun semua langkah-langkahNYA yang diberikan untuk kita sukar ditebak.

Dalam urusan rezeki, pikiran kalang kabut mengurai arah yang benar. Ke luar modal sudah, bekerja keras hingga letih, waktu terlewati berminggu-minggu, tapi keuntungan gagal diraih. Lantas pransangka buruk mengacu pada Allah (mengapa doa kami tak didengar?). Perkara jodoh, utang piutang, bahkan silaturahmi dengan keluarga, juga sering tidak lurus, ada langkah benar, ada jalan yang keliru. Mirip bermain catur. Strategi dan siasat tak selalu jitu.

Tapi yakinlah dengan kekuasaan Allah.

Allah Grand Master kehidupan... Tujuan dia baik, menciptakan tak sia-sia, semua serba sempurna. Hanya persepsi kita yang belum mampu menyingkap. Paling-paling, kita berseru di ujung kejadian: oh, begitu ya maksudnya. (Inipun jika sadar, bersabar, dan menunggu di ujung keberhasilan, sebab tak sedikit yang patah arang).

Pesan pendeknya: tak selalu langkah dan desain hidup yang kita rancang serta telah dikerjakan akan berujung pada target yang telah dipatok. Kemungkinan ada melenceng juga. Teruslah bermain, sediakan sebanyak mungkin langkah. Siapkan siasat. Bulatkan tujuan: hanya menggapai Ridha Allah. Semoga aku bisa seperti itu. Bimbing aku ya Allah. Amien....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar