Selasa, Juli 21, 2009

Tafsir Al Misbah, Melegakan... Melegakan...

Tak mungkin kegelapan total terjadi dalam diri kita, sekiranya akal dan kalbu mau meraba-raba wilayah yang menyediakan cahaya. Boleh jadi hari ini saya dan anda berada dalam kejengkelan luar biasa. Marah, geram... atas sesuatu yang menerpa diri sendiri ---atau terhadap pihak lain. Saya yakin, jutaan kepala di tanah air marah luar biasa atas perilaku dzholim, meledakkan bom di Hotel JW Marriot, Jakarta, beberapa hari lalu. Dalam bahasa logoteraphy, kepedihan itu tersimbolisasikan dalam kegelapan. Tetapi bukan berarti harus total, bukan?

Kecuali memang hati sudah mati. Tak ada nur (cahaya) yang bisa menyinari. Gulita atau tersaput pekat oleh hawa nafsu, amarah, gerutu.... Mudah-mudahan, telikungan beban hidup tidak menggiring pada sikap atau penyikapan seperti itu.

Saya berbicara terhadap diri sendiri. Di balik gundah didera kecemasan atas ketidakpastian nasib ----setelah berhenti bekerja, menyembul percikan-percikan cahaya. Sungguh membantu untuk menyelamatkan keruwetan pikiran dan qalbu yang galau. Alhamdulillah, ada saja seulur tali penyelamat, agar saya tidak terkubang dalam liang lahat kematian hati dan semangat! Kondisi boleh payah, tapi tak boleh kalah. Lagipula, sejatinya ini adalah ujian semata dari Allah.


Mainan Anak
Dulu, atau tepatnya beberapa waktu lalu, aku acuh tak acuh terhadap mainan anak-anakku. Cukup membawa mereka ke toko mainan, Mal, atau di mana saja, yang mereka mau. Setelah membeli, selesai. Tak pusing. Mau rusak atau apa. Kini berbalik. Rasanya asyik masuk ke gudang. Berbagai peralatan rupanya lengkap ---koleksi mertua, mantan montir. Juga sangat banyak barang-barang bekas, besi tua, baut, kaleng, pipa plastik, lem, kertas. Pokoknya macam-macam. Tak nyana asyik juga. Selama nganggur, hampir tiap hari aku menemani anak-anak bermain. Menciptakan mainan kreatif buat mereka. Kebetulan, sewaktu kecil, aku memang kreatif menciptakan berbagai mainan sederhana, untuk kupakai sendiri.
Membaca Buku
Ini juga hobi lama, tapi terus berlanjut. Hanya sempat terhenti, ketika aku pernah merasakan kebencian luar biasa terhadap buku, yang berlangsung sekitar lima tahunan. Ini juga tak susah-susah amat, lantaran semuanya tersedia. Aku masih menyisakan banyak koleksi buku. Begitupun punya Bang Yayat. Terus, ke perpustakaan daerah juga tak terlalu jauh. Ringan melenggang hobi ini kubangkitkan lagi.

Tafsir Al Misbah
Kemudian, aku bersua dengan yang sangat kuidam-idamkan. Membaca buku-buku Tafsir Al Quran, yang serius, tajam, otoritatif, dari ulama yang mumpuni. Dari sekian banyak bacaan yang aku konsumsi, kebanyakan memang didominasi buku-buku keIslaman. Terutama yang berkaitan dengan Al Quran. Sengaja dilakukan, agar membangkitkan motivasi aku untuk memperkuat ibadah ---serta membersihkan jiwa dari keguncangan yang mendera tak henti-henti.

Tafsir Al Misbah sungguh banyak di petik dari berbagai literatur. Lantaran penulisnya memang tak diragukan dedikasi dan kredibilitasnya dalam mengupas tema-tema Al Quran. Jika jalan-jalan ke toko buku, koleksi tafsir ini juga kerap kulirik. Tapi tak mungkin kumiliki, karena kalau dijual per-set, harganya jutaan.

Tapi ini memang di luar dugaan. Adalah rumah kawan yang sering aku kunjungi ----terutama untuk membaca koleksi bukunya, baca di tempat, tidak dibawa pulang ke rumah. Hampir semua koleksinya sudah aku baca. Rasanya bosan juga. Tapi, entah kenapa, ada koleksi dia yang rupanya di simpan di tempat khusus, tak pernah aku jangkau. Saat iseng mencari buku, ketemulah buku itu. Jadi, senang tak kepalang. Kini, untuk surat-surat tertentu yang aku sukai, sudah kubaca tafsirnya. Terima kasih kawan. Terima kasih, ya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar