Sabtu, Agustus 07, 2010

Ya Allah, Beri Aku Isyarat Tentang PertolonganMU...


Apa yang aku alami saat ini serasa melawan arus tentang kabar baik dari orang-orang sholeh. Beratus pengakuan mengemuka, terutama dari media, buku, televisi, atau internet. Tentang keajaiban shodaqoh, mukjizat tahajud, atau The Power of Sholat Dhuha. Sudah tentu semuanya berfaedah. Meneguhkan keyakinan ---bagi orang yang tekun melakoni, seraya memberi semangat untuk para pemula.


Lebih-lebih kehidupan begitu berat. Negeri ini masih berjibaku dengan aneka perkara. Bom meledak di mana-mana, dari bom teroris hingga bom elpiji. Para politisi makin buruk perilaku. Harga sembako melambung. PHK di berbagai industri. Kejahatan menggila. Dan sederet daftar hitam lainnya. Belum lagi bila menyimak kisah bunuh diri dari orang-orang yang terkena tekanan berat. Intinya: betapa tak udah untuk melewati jalan terjal kehidupan.


Semua orang butuh solusi atas belitan perkara. Maka sungguh mulia bila tawaran penyelesaian masalah itu datang dari sisi religius, sesuai dengan pesan illahiah. Sudah pasti, tak ada yang salah dengan ajaran Allah SWT, yang disampaikan oleh Rosul Muhammad SAW. Hanya saja, ketika pesan ini sampai kepada Ummat, terdapat beragam penyikapan. Dengan dampak yang juga tidak serupa. Ada orang yang mendapat kebaikan, atau juga yang makin terpuruk.


Tak perlu berpanjang lebar untuk mendetilkan tentang orang-orang yang mendapat pertolongan segera dan langsung dari Allah, atas ibadat Tahajud, Dhuha, maupun Shodakoh. Itu adalah sepenuhnya Kuasa Illahi Rabbi.


Tetapi justru menarik dibahas adalah "orang-orang yang kesulitan dan begitu sukar" mendapat pertolongan. Meski orang itu telah berikhtiar keras. Mencoba konsisten. Bersungguh-sungguh dalam tahajud, dhuha, dan shodaqoh. Namun (ini bukti ketidakmampuan seorang hamba di hadapanNYA), adakalanya semua upaya itu belum berbuah (dari sisi si pelaku, karena di mata Allah, pasti bukan seperti itu).


Misalnya saja, seorang Ummat yang terjerat utang. Dia berpaling kepada permohonan total kepada Allah. Tetapi pertolongan itu tak kunjung datang. Bukankah hal ini sering terjadi? Konteksnya bukan menyalahkan lambatnya pertolongan Allah. Orang beriman tahu, Allah adalah Maha Pemurah dan Maha Penolong. Dia akan selalu membalas permohonan doa, dengan beragam cara. Entah memberi kesehatan prima, entah memberi balasan doa di akhirat, atau entah dalam bentuk lain. Inilah yang disebut dengan konversi doa. Jadi, Allah akan selalu menjawab doa kita (selama itu dilakukan ikhlas dan sesuai dengan syariah). Tetapi bentuknya belum tentu sama dengan "jenis dan bentuk" yang diminta oleh si pendoa. Logikanya adalah: Allah yang berkuasa menentukan, bukan manusia!


Kita hanya berbicara dari aspek humanitas, fakta-fakta kemanusiaan sederhana. Bahwa manusia teramat lemah untuk mampu bersabar. Manusia sulit untuk paham dan mampu melihat skenario atau siasat Allah. Misalnya, ketika doanya belum dikabulkan, tentu ia merana. Padahal, jika tahu rencana baik Allah (tak ada renacana Allah yang jahat, tentu saja), tentu orang yang berdoa akan bersabar, bahkan bersyukur.


Betapa tak ringan ujian orang yang doanya belum terwujud. Barangkali ia sudah rajin bershodaqoh. Konsisten dalam tahajud. Tetap melaksanakan dhuha. Tetapi tetap saja hutang menumpuk. Gaji pas-pasan. Rezeki seret. Keharmonisan keluarga juga dalam masalah. Serasa kejam. Namun, bukankah ini bisa saja terjadi? Tanpa ada pengetahuan dari manusia? Seperti ujian yang diberikan Allah kepada Nabi Ayub, Nabi Sholeh, Nabi Ibrahim, dan juga Nabi Muhammad?


Tentang jawaban doa yang tertunda, barangkali ada sejumlah alasan penyebab ----tetapi ini dalam perspektif manusia, dan bukan dalam otoritas Allah. Bisa jadi kualitas doa yang belum memadai, doa yang tidak bijak dari aspek adab berdoa, atau pendoa belum terbebas dari gunungan maksiat. Sekali lagi ini adalah kemungkinan. Sebab, mungkin saja si pendoa telah berjuang keras memperbaiki kualitas semua hal. Ia bertaubat mohon ampunan atas segala dosa ---seraya tidak mengulangi lagi laku lampah maksiat di masa lalu. Ditambahi dengan shodaqoh, memperbagus silaturahmi, menjaga waktu sholat, dan melakoni semua perintah sesuai dengan kemampuannya. Lalu, bagaimana jika tetap saja doanya "gagal" terpenuhi?


Jawaban ringkas adalah Rahasia Allah. Namun bukan dosa juga bila kita mencoba mencari jalan pemahaman, agar ketika menghadapi suasana sedemikian tidak gelap mata.


Kita bisa mengira-ngira, sesuai dengan tuntunan yang diberikan Nabi dan para pewarisnya (Ulama).


Boleh jadi isi pesanan doa itu hanya baik dari sisi si pendoa, tetapi ternyata menurut Allah belum layak diberikan (misalnya doa orang yang ingin jadi Bupati, melalui pertarungan Pilkada). Atau mungkin timingnya tidak tepat bila dijawab segera, meskipun doa si pendoa adalah agar utangnya segera dilunasi ---karena sedang dikejar-kejar Debt Collector! Ini tentu saja bukan perkara mudah untuk diterima, terlebih untuk orang-orang dengan kualitas keimanan pas-pasan.


Nah, yang paling memberatkan adalah ketika seseorang berjuang, berdoa, melakukan aktivitas sesuai syariah. Rajin Tahajud, puasa sunnah, dhuha, shodaqoh, silaturahmi, membaca Al Quran, menyambangi orang tua, menengok orang sakit, menahan diri dari maksiat, dan menangis dalam taubat... Lalu, setelah berlangsung beberapa minggu, doanya bukan saja tidak terjawab, melainkan sebaliknya!


Ya, sebaliknya. Misalnya, perjuangannya itu agar Allah memberinya rezeki tambahan, eh, malah rezekinya terpotong. Atau minta disayang kawan dan bos, eh, malah hampir dipecat. Atau meminta agar ada pertolongan untuk melunasi hutang, eh, malah tak dapat-dapat, dan hutang kian menumpuk. Secara psikologis, problem ini sungguh mengguncang.


Inilah yang melawan arus, dari cerita-cerita yang pernah terbaca dari berbagai buku, artikel koran, ataupun publikasi internet, tentang faedah Tahajud, Dhuha, Shodaqoh dan lain-lain, yang menawarkan berbagai keajaiban. Ternyata tak selalu mudah. Ada juga proses yang maha berat dan panjang. Belum tentu rajin tahajud keinginan tercapai. Belum tentu rajin dhuha rezeki mengalir. Dan belum tentu yang lain. Kita harus bersiap dengan apapun rencana Allah.

Adalah mudah kalau hanya melaksanakan tahajud, puasa, dhuha dan shodaqoh, bila efek baiknya tercapai segera. Yang maha berat adalah, ketika kita rajin melakukan hal-hal itu, doa kita belum terjawab, malah yang terjadi adalah sebaliknya: kondisi makin buruk. Dan itulah yang terjadi saat ini. Begitu berat. Ya Allah, ampuni dan kasihanilah hambaMU yang buruk ini. Jangan Engkau biarkan aku berprasangka buruk dan berputus asa. Amien...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar