Sabtu, April 04, 2009

Adinda, Doaku dari Jauh

Pernah kuperoleh tausyiah, salah satu doa yang didengar Allah, adalah doa seorang saudara kepada saudaranya yang berjauhan tempat. Ini adalah salah satu tebaran rahmat Allah kepada kita, dalam berbagai kondisi. Selain beberapa wejangan populer yang kita kenal tentang doa-doa yang tersegera (mustadjab). Seperti doa orang tua, doa orang teraniaya, dan lain-lain.

Ba'da maghrib, aku menelepon adikku. Sepertinya ia terbebani. Urusannya memang banyak. Menanggung beban perjuangan tidak sepele. Seluruh keluarga kami telah mati-matian membantu. Tetapi keluarga kami terbatas dalam materi. Ia, dengan agak terbata, memohon bantuan aku. Apa daya, dari jauh aku hanya mengelus dada. Uang tak punya. Apapun tak punya untuk dijual. Akhirnya aku teringat petuah tentang doa saudara dari jauh. Janjiku adalah: bersegera berdoa. Seraya mengitikadkan hati meminta kepada Allah, dalam sujud tahajudku malam ini. Bantu aku, ya Allah. Agar aku bisa mendoakan adiku dan keluargaku di kampung.

Ingatan lantas menyeruak. Was-was akan kondisi keluarga. Jangan sampai mereka dipermalukan. Menanggung aib tak terkira. Berutang tanpa terbayar. Ya Allah, tolonglah... lindungi keluargaku dari segala keburukan. Jauhkan atas kejahatan setan, jin, manusia, dan semua mahlukMU. Berikanlah mereka kemudahan dalam urusan. Luaskan pintu rezeki. Jaga kesehatan mereka. Lindungi dari mara bahaya.

Untuk diriku sendiri, ya Allah, engkau maha tahu kondisiku. Terjepit diantara kesombongan dan keangkuhan. Terinjak dalam kondisi sulit. Hatiku bahkan tak bisa mendoakan perkara ini, ya Allah. Bukan aku tak ingin berdoa. Aku sangat ingin. Tetapi aku hanya ingin meminta atas diriku sendiri, tidak untuk orang-orang yang mendholimi aku. Kualitas imanku, ya Rabbi, teramat tipis. Belum sanggup melapangkan dada dari kejengkelan. Biarlah hatiku bersih dari kesumat, kedengkian. Tetapi aku tak akan menghinakan diri di hadapan mereka. Kehinaanku hanya pada sifat-sifat keagunganMU, ya Allah.

Adapun hak-hak pribadi yang mestinya aku gapai, tentu saja wajib aku ikhtiarkan. Mereka berjanji akan membayar. Tapi entahlah... hatiku hilang rasa percaya. Wahai Zat Yang Maha Perkasa, kuletakkan keinginan ini kepada kemampuanMU.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar