Kamis, April 09, 2009

Berberapa Keinginan Dengan Kekuatan Perubahan

Terlampau mengandalkan perubahan pada kekuatan alam semata, menggantungkan pergeseran posisi dan kondisi pada perjalanan waktu, sama saja dengan mensejajarkan diri kita dengan makhluk lain. Lantaran amanah sejati ke-Manusia-an kita justru adalah sebagai pengolah alam raya, khalifatullah fil ardh. Resiko penyerahan total pada perubahan alamiah adalah pengingkaran terhadap karakter terkuat kita, potensi akal, dan pelipatgandaan potensi ketuhanan yang telah diberikan Allah kepada kita.

Barangkali perputaran jagat kehidupan segala rupa benda dan mahluk di sekeliling adalah penegas semata, untuk kita belajar dan mengabdikan diri. Tetapi kita tidak boleh sama dan menjadi (to be) dengan mahluk Allah itu (baik yang bernyawa, maupun tidak). Berseraknya mahluk, benda, material, atau apapun di hamparan mayapada ini, sekali lagi, adalah penegas keisimewaan manusia. Seraya menjadikannya sebagai alat melejitkan potensi kekhalifahan kita. Bentangkan dan edarkan akal budi, indera, serta kebeningan hati terhadap perubahan-perubahan alamiah. Untuk belajar, untuk memotivasi, untuk mempraktekan kebaikan-kebaikan. Tetapi tidak untuk sama sebangun dengan benda-benda dan mahluk-mahluk itu.

Setegas diri, saya mengambil posisi berbeda dengan sesiapapun yang asyik mengulang petuah: hiduplah seperti air, mengalir... Jika petikan kata "seperti" itu adalah bermakna sementara, maksudnya di saat tertentu kita boleh "seperti" air, mengalir begitu saja, bolehlah. Tetapi kalau permanen, pasti menolak tegas. Hidup butuh skenario, rekayasa, strategi, atau apalah lagi. Sikap going easy itu adalah anugerah, bak gelas porselen mewah yang sesekali saja kita patut-patut, agar menenangkan diri. Tetapi tidak boleh ditabalkan menjadi karakter. Sama dengan gelas porselen itu, sebaiknya disimpan di lemari kaca nan berpendar, jangan dijadikan gelas minum harian.

Buang waktu bila me-listing sekian lema kata ----yang terkesan bijak--- tetapi menjebak. Dengan mengandalkan harmoni alam sebagai pegangan hidup. Seperti ungkapan: serahkan kepada waktu. Bagai sang surya menyinari dunia, tak butuh balasan! Duhai, alangkah mustahilnya itu.

Segumpal Janji
Detik ini, kulipatgandakan tekad, tidak akan mempermanenkan sikap pasrah-nrimo-mengalir, going easey....

Potensi kebaikan dalam diri ini tersusun oleh partikel-partikel mahal. Yaitu kesabaran, syukur dan ilmu. Tak ada kebaikan yang aktual, tanpa berbasis hal-hal tersebut. Olehnya pilihan terbaik adalah menyusun skenario, agar potensi kebaikan itu tidak memusing arah.

Kalau kata Robert T Kiyoshaki, aku ingin pindah quadran. Berpindah dari posisi pasif ke aktif. Dari pesimis ke optimis. Dari diam menjadi berbuat. Dari apatis ke kritis. Dari permisif menjadi produktif. Itu adalah masuk dalam barisan normatif. Bagaimana dengan aktualisasinya:

Sudah jelas. Kembali aktif, produktif, tekun, pantang menyerah, untuk menulis-menulis-menulis. Kembali bangkitkan minat membaca-membaca-membaca.
Tetapi kali ini dengan obor yang berbeda. Dulu untuk gengsi, sok intelek. Kemarahan.
Hari ini dan Insya Allah dan seterusnya, justru untuk menjaga potensi kebaikan. Beramal sholeh, memperkuat jati diri ke-Islamanku. Amien ya Robbal Alamien.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar